• Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BAGAIMANA SEHARUSNYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DI SEKOLAH

0LEH : HERU SUPENO

A. Pendahuluan
 
            Bimbingan konseling (BK) sebenarnya telah ditempatkan pada posisi yang penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, Pada dasarnya disekolah ada tiga komponen yang sangat penting yang dapat mewarnai suatu sekolah yaitu pertama Manajemen dan kepemimpinan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah, kedua bidang pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan oleh guru bidang studi, dan yang ketiga adalah bidang pembinaan kesiswaan yang dilaksanakan oleh seluruh personil sekolah baik tenaga pendidik maupun non kepenndidikan. Dari ketiga bidang tersebut keberadaan BK ada pada bidang ketiga yaitu pembinaan kesiswaan berkaitan dengan pembentukan sikap kepribadian dan pengembangan bakat minat dalam upaya pengembangan dirinya secara optimal. Ketiga bidang tersebut seharunya mampu berjalan sinergis dan integral saling berhubungan, harmonis dalam mencapai tujuan pendidikan disekolah.  Namun pada kenyataanya pelaksanaan BK disekolah masih banyak mengalami hambatan dan kritikan  dikalangan siswa, masyarakat dan bahkan teman sejawat sendiri seperti guru dan kepala sekolah  yang merasa belum merasa puas dengan kinerja BK disekolah. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi guru BK untuk dapat merefleksi diri tentang kinerjanya selama ini disekolah, bagaimana supaya keberadaan BK di sekolah dapat dirasakan manfaatnya terutama oleh siswa rekan sejawat dan masyarakat.

B.     Posisi Guru BK dalam KTSP

Seorang guru pembimbing tentunya harus memahami tentang posisi tugasnya disekolah sehingga dalam melaksanakan tugasnya akan lebih percaya diri  dan terarah. Apalagi dengan adanya perubahan kurikulum tahun 1994  menjadi  KTSP ( Kurikilum Tingkat Satuan Pendidikan ) disini adanya konsep mendasar yang harus dimengerti oleh setiap guru BK disekolah. Dalam Permendiknas Nomor 22/ 2006 tentang standar isi, KTSP dibagi atas tiga komponen utama yaitu  (1).  komponen kelompok mata pelajaran, (2). komponen kelompok muatan lokal dan (3).komponen materi pengembangan diri. Dalam menjalankan tugasnya BK diletakan pada komponen ketiga yaitu pada materi pengembangan diri. Sejatinya bahwa pengembangan diri bukanlah mata pelajaran,  yang dimaksud dalam pengembangan diri dalam KTSP  merupakan wilayah komplementer/pelengkap yang bukan hanya dilakukan oleh guru BK saja, namun juga guru mata pelajaran,wakil kepala sekolah  dan tenaga kependidikan lainya. Pengembangan diri yang menjadi garapan  BK adalah berkaitan dengan pengembangan bakat, minat , kemampuan, kepribadian, serta tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan peserta didik baik di SLTP  maupun SMA. Dalam pelaksanaan BK  di sekolah meteri pengembangan diri  akan  terbagi menjadi   empat  bidang yaitu : bidang bimbingan pribadi,sosial, belajar dan karir. Sedangkan pengembangan diri yang berkaitan dengan skill dan atau  ketrampilan seperti paskibra, sepak bola, pramuka, UKS, Rohis, pencinta alam, karate, KIR, dll dapat dilaksanakan melalui kegiatan ektrakurikuler yang pembinaanya disekolah dapat melalui wakasek kesiswaan  atau guru pembina yang menguasai bidang dimaksud dan  ditujuk oleh Kepala sekolah
 
C.     Problema Guru BK disekolah

Sebagai  guru BK disekolah tentu anda merasa  sangat perihatain dengan keadaan BK disetiap sekolah, hampir disemua sekolah guru BK mengalami kendala dan masalah yang beragam, penyebab masalah dapat timbul dari berbagai faktor, sehingga hanya sedikit sekolah saja yang mampu menjalankan BK dengan baik. Masalah masalah tersebut antara lain sebagai berikut.
1)      Guru BK kurang mampu membuat program layanan yang realistis yang dapat diterapkan disekolah.
2)      Guru BK mampu membuat program namum  hanya sebatas administrasi artinya tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga tidak dirasakan oleh siswa dan rekan sejawat.
3)      Banyak program layanan yang tidak dikuasai oleh guru BK, merekan hanya mengasai program layanan orentasi, informasi, dan sebagian penempatan, sementara layanan lainya yang lebih penting seperti layanan konten, bimbingan kelompok,konseling kelompok, bahkan konseling individu sebagai roh dari program BK jarang dilakukan karena kurang dikuasai.
4)      Guru BK merangkap  sebagai pengajar guru bidang studi, misalnya mengajar sosiologi, geografi dan bidang studi yang lainya , sehingga waktu untuk melaksanakan BK tidak sempat lagi karena disibukan membuat perangakat pembelajaran,evaluasi penilaian, membuat soal ulangan harian, semester dan sebagainya.
5)      Kurangnya motivasi pengembangan profesionalisme dari guru BK itu sendiri, artinya kurang  ada kemauan untuk belajar memperbaiki kinerja dan peningkatan kemampuan.
6)      Kurangnya Fasilitas Pendukung BK disekolah, misalnya tidak mempunyai ruang BK, tidak tersedia lemari penyimpan data, tidak ada ruang khusus Bimbingan /konseling kelompok, tidak tersedia computer, tidak tersedia Papan Informasi, meja kursi dan keterbatasan lainya.
7)      Kurangnya guru BK senior yang menguasai skill dilapangan yang mampu membimbing juniornya,  sehingga forum MGBK yang mestinya sebagai wadah peningkatan kinerja BK tidak berfungsi maksimal bahkan cenderung membosankan peserta.
8)      Kurangnya sosialisasi tugas-tugas BK disekolah, sehingga kepala sekolah dan rekan sejawatnya/guru  kurang tahu bagaimana harus menempatkan guru BK disekolah.
9)      Guru BK merasa sudah cukup ilmunya sehingga kurang terbuka menerima pembaharuan dan perkembangan baru tentang BK.
10)  Guru BK sebagai anggota ABKIN (Asosiasi Bmbingan Konseling Indonesia) kurang aktif sehingga banyak yang ketinggalan informasi terkini.
Tentu problem tersebut diatas tidak semuanya dialami oleh seluruh guru BK dan sekolah , namun ada saja sebagian guru BK dan sekolah yang mengalami  salah satu atau beberapa problem tersebut diatas. Dan jika problem-problem tersebut tidak segera di sikapi secara positip  maka rasa percaya diri guru BK dalam menjalankan tugas disekolah tentu akan terganggu.  dan ini tentunya harus menjadi perhatian  semua pihak yang berkepentingan dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

D.     Kompetensi Apa yang harus dimiliki seorang  guru BK

            Dalam peraturan Mendiknas RI Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Konselor   dinyatakan bahwa seorang konselor harus memiliki  kompetensi akademik dan professional
Pertama Kompetensi Akademik
Kompetensi akademik artinya adalah bahwa  seorang guru BK harus berpendidikan minimal S 1 bidang Bimbingan dan Konseling sebagai syarat kwalifikasi profesi seorang konselor. Kompetensi akademik merupakan landasan pengembangan dari pada kompetensi professional. Dimasa yang akan datang seorang konselor disekolah akan dituntut memperdalam profesinya  dengan mengikutu pendidikan profesi konseling, dengan demikian mereka akan memperoleh gelar profesi yaitu  Kons.  dibelakang namanya , sehingga guru BK mempu menjalankan profesinya berdasarkan konsep keilmuan yang terus  berkembang sesuai dengan tuntutan profesinya.    
Kedua Kompetensi professional.
            Yang dimaksud professional disini adalah bahwa dalam menjalankan tugas keprofesionalanya seorang  guru BK  harus menguasai konsep keilmuan yang penerapanya dilapangan dapat dipertanggungjawabkan baik secara  kedinasan maupun sebagai profesi.  Adapun kompetensi professional  yang dimaksud meliputi :
Pemahaman terhadap Konseli,
Artinya guru BK harus memahami anak didik asuhanya  yang meliputi tugas-tugas perkembanganya, lingkunganya keluarga dan budayanya, bakat dan minatnya ,  cita-citanya,  kondisi ekonomi keluarga dan data-data lain yang diperlukan.
1)      Menguasai landasan teoritik Bimbingan dan Konseling,
Maksudnya seorang guru BK harus memahami teori-teori keilmuan tertentu dalam menjalankan tugas keprofesionalanya. Adapun teori-teori yang dimaksud adalah Terapi Psikhoanalisa yang dikembangkan Sigmund Frued, Terapi Gestal oleh Federick perls, Terapi Humanistik oleh Rollo May dan Abrham Maslow,teori Behavioristik  oleh Wolpe Dkk  serta teori-teori lain yang relevan dengan bidang BK. 
Teori-teori tersebut harus benar-benar dikuasai, sehingga dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan  pemecahan masalah siswa, guru BK mempunyai pedoman keilmuan yang  terukur tindakannya, dan tidak berdasarkan insting atau konsep-konsep yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara Ilmiah.
2)      Penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling,
Ini berarti seorang guru BK harus menguasai 9 layanan BK  ditambah dengan layanan Plus yaitu  mediasi dan Advokasi, Ketujuh layanan tersebut adalah : layanan Orentasi, layanan informasi, layanan penempatan, layanan konten, Layanan Bimbingan kelompok,konseling kelompok dan layanan konseling Individu.
3)      Pengembangan pribadi dan  profesionalitas yang berkelanjutan
Hal tersebut mengandung pengertian bahwa seorang guru BK harus selalu terus belajar dan memperbaiki kemampuanya untuk dapat meningkatkan kwalitas pribadi dan keprofesionalanya, sehingga mampu mengikuti perkembangan ilmu   serta memenuhi kebutuhan anak didiknya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, penataran, diklat-diklat pendidikan seminar, diskusi, dan aktif dalam kegiatan organisasi ABKIN.

E.     Hal-hal yang perlu dihindari sebagai  guru BK di sekolah

Untuk dapat menjalankan tugas-tugas BK  yang efektif dan bermakna tentu guru BK harus mampu berkonsentrasi pada bidang profesinya, ini artinya kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip BK harus dihindari kegiatan yang dimaksud anatara lain  sebagai berikut:
1. Guru BK merangkap sebagai guru bidang studi.
2. Guru BK berlaku seperti penegak disiplin di sekolah / polisi  sekolah atau menjadi petugas guru piket sehingga harus menghukum siswa yang melanggar tata tertib.
3. Guru BK yang tidak mampu menyimpan data rahasia klienya
4. Guru BK membuat surat perjanjian tertentu dengan siswa yang dapat berakhir pada sangsi hukuman tertentu.
Bagaimana dengan guru BK yang menjadi Kepala Sekolah maupun Wakil kepala sekolah ?. tentu tidaklah masalah karena jabatan kepala sekolah hanyalah jabatan tambahan bagi karir seorang guru, yang penting tetap harus mampu menjalankan tugas-tugas profesinya sebagai guru pembimbing yang nantinya  dapat dipertanggung jawabkan secara kedinasan.

F.     Harapan dan Saran
 
Sebagai guru BK tentu kita sangat menaruh harapan besar agar BK dapat berjalan efektif di sekolah. Kami merasa prihatin jika pelaksanakan tugas-tugas BK di sekolah kurang maksimal, oleh karena itu untuk dapat mingkatkan kinerja BK disekolah kita harus bekerja keras agar eksistensi BK disekolah dapat dakui keberadaanya dan terasa manfaatnya baik terhadap siswa, guru, sekolah dan masyarakat., oleh karenan itu ada beberapa saran yang dapat direnungkan dan dilaksanakan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Buatlah program BK sesuai dengan kubutuhan dan  situasi kondisi sekolah
2. Laksanakan program sesuai dengan kemampuan anda dan sekolah
3. Laksanakan sosialisasi tentang tugas BK di Sekolah agar para siswa , guru dan kepala sekolah memahaminya tentang tugas-tugas BK di sekolah.
4. Jangan terlalu menuntut kepada  sekolah untuk melengkapi sarana dan prasarana BK  jika sekolah memang  tidak mampu menyediakannya.Namun membuat usulan adalah hal yang bijak untuk dilaksanakan.
5. Kuasai konsep BK dan Jangan malu bertanya jika anda memang tidak menguasai layanan BK disekolah, bertanya lebih baik dari pada salah dalam melaksanakan layanan BK.
6. Jalin kerja sama yang solid antar guru BK melalui komunikasi intensif dalam forum MGBK, ABKIN dan forum-forum lain yang dapat meningkatkan kinerja BK.
7. segera di “ Referal “ atau alih tangankasuskan. Jangan memaksakan diri untuk menangani kasus yang bukan menjadi tanggung jawab anda sepeti  narkotika, kasus-kasus Kriminal, atau kasu-kasus kelainan jiwa, ingat bahwa betanggiung jawab sebatas  siswa yang normal. Dan jika hal ini terjadi di sekolah, maka  segera kordinasi dengan pihak terkait untuk
8. Tumbuhkan Niat dan mantapkan hati bahwa “ Saya  akan menjadi guru BK yang professional mulai hari ini.
 
Penulis adalah guru BK dan anggota ABKIN Ogan Ilir

Referensi

- Bahan Diktat   PLBG ( Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ) Bimbingan Konseling
  Palembang tahun 2009.
- Bahan Diklat Guru Pembmbing Tingkat Nasional Bogor tahun 2000
-Peraturan Mendiknas RI Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi dan
 Kompetensi Konselor
- Permendiknas Nomor 22/ 2006 tentang standar isiBAGAIMANA SEHARUSNYA GURU

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hakekat Ilmu Pendidikan

HAKEKAT ILMU PENDIDIKAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

SYARAT ILMU PENDIDIKAN
Suatu kawasan studi dapat tampil sebagai disiplin ilmu, bila memenuhi syarat-syarat :
Memiliki objek studi (formal dan material)
Objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Objek formalnya adalah menelaah fenomena pendidikan dalam perspektif yang luas dan integrative.
 
b. Memiliki sistematika
Sistematika ilmu pendidikan dibedakan menjadi 3 bagian yaitu,
1. Pendidikan sebagai gejala manusiawi, dapat dianalisis yaitu adanya komponen pendidikan yang saling berinteraksi dalam suatu rangkaian keseluruhan untuk mencapai tujuan.
Komponen pendidikan itu adalah :
Tujuan pendidikan
Peserta didik
Pendidik
Isi pendidikan
Metode pendidikan
Alat pendidikan
Lingkungan pendidikan
2. Pendidikan sebagai upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia.Menurut Noeng Muhadjir sistematika ini bertolak dari fungsi pendidikan,yaitu:
(a) Menumbuhkan kreatifitas peserta didik
(b) Menjaga lestarinya nilai insani dan nilai ilahi
(c) Menyiapkan tenaga produktif
3. Pendidikan sebagai gejala manusiawi.Menurut Mochtar Buchori ilmu pendidikan mempunyai 3 dimensi:
(1) dimensi lingkungan pendidikan
(2) dimensi jenis-jenis persoalan pendidikan
(3) dimensi waktu dan ruang
 
c. Memiliki metode
Memiliki metode-metode dalam ilmu pendidikan :
1. Metode normative, berkenaan dengan konsep manusiawi yang diidealkan yang ingin dicapai.
2. Metode eksplanatori, berkenaan dengan pertanyaan kondisi, dan kekuatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.
3. Metode teknologis, berkenaan dengan bagaimana melakukannya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Metode deskriptif, fenomenologis mencoba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan lalu mengklasifikasikannya.
5. Metode hermeneutis, untuk memahami kenyataan pendidikan yang konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan struktur dan kegiatan pendidikan.
6. Metode analisis kritis, menganalisis secara kritis tentang istilah, pernyataan, konsep, dan teori yang ada dalam pendidikan.
 
ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU
Ilmu pendidikan adalah ilmu yg mempelajari serta memproses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, pembuatan mendidik. Ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu harus dapat bersifat:
a. Empiris, karena objeknya dijumpai dalam dunia pengalaman.
b. Rokhaniah, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidak membiarkan peserta didik kepada keadaan alamnya.
c. Normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang buruk.
d. Histories, karena memberikan uraian teoritis tentang sitem-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang berpengaruh pada jaman tertentu.
e. Praktis, karena memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuan pendidikan yang langsung ditujukan kepada perbuatan mendidik.

Kedudukan ilmu pendidikan itu berada di tengah-tengah ilmu yang lain. Ilmu pendidikan ialah suatu llmu pengetahuan yang membahas masalah yamg berhubungan dengan pendidikan, sedangkan, definisi yang terpenting dari suatu pendidikan itu sendiri yaitu:
Meningkatkan pengetahuan, pengertian, kesadaran, dan toleransi
Meningkatkan questioning skills dan kemampuan menganalisakan sesuatu - termasuk pendidikannya
Meningkatkan kedewasaan individu
Untuk perkembangan Negara, diperlukan pendidikan yang menghargai kreativitas dan supaya negara dapat membuat sesuatu yang baru dan lebih baik, dan tidak hanya meng-copy dari negara lain.
Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam hidup manusia dimana ada kehidupan disitu pasti ada pendidikan
Pendidikan sebagai gejala sekaligus upaya memanusiakan manusia itu sendiri.
Dalam perkembangan adanya tuntutan adanya pendidikan lebih baik, teratur untuk mengembangkan potensi manusia, sehingga muncul pemikiran teoritis tentang pendidikan.
Pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia, melahirkan teori-teori pendidikan.

SIFAT-SIFAT ILMU PENDIDIKAN
Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris yang diangkat dari pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara praktis. Dengan menempatkan kedudukan ilmu pendidikan di dalam sistematika ilmu pengetahuan, maka ilmu pendidikan juga dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah – masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Sebagai mana setiap ilmu mempunyai sifat masing-masing begitu juga dengan ilmu pendidikan.
Sifat ilmu pendidikan diantaranya adalah ilmu pendidikan sebagai Ilmu Normatif dan ilmu pendidikan sebagai Ilmu Teoritis dan Praktis:
Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Normatif
Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah “manusia” itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia itu biasanya termask bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik-praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang melakukan pendidikan.
Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan ciri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai tidak diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tetapi secara normative bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat dan pandangan hidup, malah dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang.

Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu yang Bersifat Teoritis dan Praktis
Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan mensistemkan di dalam sewa pikirnya masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan. Jadi dari praktik-praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran-pemikiran teoritis inilah yang disusun dalam satu system pendidikan yang biasa disebut Ilmu Mendidik Teoritis.
Terdapat hubungan antara ilmu mendidik teoritis, sistematis dan histories. Apa sajakah yang dapat disumbangkan sejarah pendidikan bagi teori pendidikan maupun praktik pendidikan?. Meskipun ilmu mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik histories, akan tetapi ilmu mendidik histories juga memberikan bantuan dan memperkaya ilmu mendidik sistematis.
Selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara ilmu mendidik histories dan ilmu mendidik praktis. Seorang maha guru ilmu mendidik JM. Guning berkata : teori tanpa praktek adalah baik pada human cerdik cendikiawan dan praktek tanpa teori hanya terdapat pada orang gila dan penjahat – penjahat namun alangkah lebih sempurnanya ilmu pendidikan itu dilakukan dengan cara teori dan praktek secara bersama-sama.
Untuk lebih memahami bahwa ilmu pendidikan itu adalah yang memerlukan pemikiran yang teoritis , adalah bahwa setiap pendidik memerlukan kritik- kritik sumbangan pemikiran dari para ahli/ orang lain, ia dapat belajar dari catatan-catatan kritik saran dari orang lain, yang pada akhirnya dapat dikatakan bahwa ia belajar berdasarkan teori.

REFERENSI

http://blog.unsri.ac.id/riski02/pengantar-pendidikan-/karateristik-ilmu-pendidikan-sebagai-disiplin-ilmu-pondasi-ilmu-/mrdetail/14738/
http://ilmu1set.blogspot.com/2010/06/ilmu-pendidikan-sebagai-ilmu.html
http://www.gudangmateri.com/2010/07/pendidikan-sebagai-ilmu-pengetahuan.html
http://ichang.org/archives/142
http://ashsholikhin.wordpress.com/2010/03/23/pengertian-ilmu-pendidikan/#more-90

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Jenis Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.


Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).


Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).jenis ini termasuk ke dalam pendidikan formal.


Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.


Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.


Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).


Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.


Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).

materi referensi:
wikipedia
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20081030211927AApnzTt

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Definisi, Fungsi, dan Tujuan Konseling

DEFINISI KONSELING

Counseling denotes a professional relationship between a trained counselor and a client. This relationship is usually person-to-person, although it may sometimes involve more than two people, and it is designed to help the client understand and clarify his view of his life space so that he may make meaningful and informed choices consonant with his essential nature in those areas where choices are available to him. This definition indicates that counseling is process, that is a relationship, that it is designed to help people make choices, that underlying better choice-making are such matters as learning, personality development, and self-knowledge which can be translated into better role perception and more effective role behavior. (Robert L. Gibson and Marianne H. Mitchell, Introduction to Guidance. New York: Macmillan Publishing Co., Inc, 1981), p. 261.

Konseling merupakan hubungan profesional antara konselor terlatih dan klien. Hubungan ini biasanya orang-ke-orang, meskipun kadang-kadang mungkin melibatkan lebih dari dua orang, dan dirancang untuk membantu klien memahami dan menjelaskan pandangannya ruang hidupnya sehingga ia bisa membuat pilihan bermakna dan informasi sejalan dengan esensi alam di wilayah-wilayah di mana pilihan yang tersedia baginya. Definisi ini menunjukkan bahwa proses konseling, yaitu suatu hubungan, yang dirancang untuk membantu orang membuat pilihan, yang mendasari pilihan keputusan yang lebih baik adalah hal-hal seperti belajar, pengembangan kepribadian, dan pengetahuan diri yang dapat diterjemahkan ke dalam persepsi peran yang lebih baik dan lebih efektif perilaku peran.

Counseling is a relationship between a professionally trained, competent counselor and an individual seeking help in gaining greater self-understanding and improved decision-making and behavior-changing skills for problem resolution and for developmental growth. (John J. Pietrofesa, Bianca Bernstein, JoAnne Minor, Susan Stanford, Guidance an Introduction. Chicago: Rand Mc. Mally College Publisning Company, 1980), p. 85.

Konseling adalah hubungan antara konselor, profesional terlatih kompeten dan membantu mencari individu dalam memperoleh pemahaman diri yang lebih besar dan meningkatkan pengambilan keputusan dan keterampilan mengubah perilaku untuk penyelesaian masalah dan untuk pertumbuhan pembangunan.

Kesimpulan:

Konseling yaitu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli (konselor) kepada individu yang bermasalah maupun yang membutuhkan melalui hubungan tatap muka, wawancara, atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu tersebut agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangan individu, menyesuaikan dirinya dan lingkungannya serta tujuan yang hendak dicapai.

FUNGSI KONSELING
Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi konseling yang membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan konseling kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program konseling secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik konseling yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi konseling dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.
Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi konseling dalam membantu siswa (siswa) agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

TUJUAN KONSELING

Pemahaman. Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih kontrol rasional daripada perasaan dan tindakan. (Freud: “where id was, shall ego be” [Di mana ada id, maka di situ ada ego])
Berhubungan dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain; misalnya, dalam keluarga atau di tempat kerja.
Kesadaran diri. Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama ini ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan dengan bagaiman penerimaan orang lain terhadap diri.
Penerimaan diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan penolakan.
Aktualisasi diri atau individuasi. Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan.
Pencerahan. Membantu klien mencapai kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi.
Pemecahan masalah. Menemukan pemecahan problem tertentu yang tak bisa dipecahkan oleh klien seorang diri. Menuntut kompetensi umum dalam pemecahan masalah.
Pendidikan psikologi. Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol tingkah laku.
Memiliki keterampilan sosial. Mempelajari dan menguasai keterampilan sosial dan interpersonal seperti mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan, asertif, atau pengendalian kemarahan.
Perubahan kognitif. Modifikasi atau mengganti kepercayaan yang tak rasional atau pola pemikiran tidak dapat diadaptasi , yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancuran diri.
Perubahan tingkah laku. Modifikasi atau mengganti pola tingkah laku yang meladaptif atau merusak.
Perubahan sistem. Memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya sistem sosial (contoh: keluarga).
Penguatan. Berkenaan dengan keterampilan, kesadaran, dan pengetahuan yang akan membuat klien mampu mengontrol kehidupannya.
Restitusi. Membantu klien membuat perubahan kecil terhadap perilaku yang merusak.
Reproduksi (generativity) dan aksi social. Menginspirasikan dalam diri seseorang hasarat dan kapasitas untuk peduli terhadap orang lain, membagi pengetahuan, dan mengkontribusikan kebaikan bersama melalui kesepakatan politik dan kerja komunitas.




REFERENSI

Robert L. Gibson and Marianne H. Mitchell, Introduction to Guidance. New York: Macmillan Publishing Co., Inc, 1981, p. 261.

John J. Pietrofesa, Bianca Bernstein, JoAnne Minor, Susan Stanford, Guidance an Introduction. Chicago: Rand Mc. Mally College Publisning Company, 1980, p. 85.

McLeod, J. 2004. An Introduction to Counseling. Maidenhead: Open University Press.

Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus, Edisi Ketiga, John McLeod, Kencana Prenada Media Group, 2006.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

LMU PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris yang diangkat dari pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara praktis. Dengan menempatkan kedudukan ilmu pendidikan di dalam sistematika ilmu pengetahuan, maka uraian selanjutnya adalah ilmu pendidikan sebagai Ilmu Normatif dan Ilmu pendidikan sebagai Ilmu Teoritis dan Praktis.
1. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Normatif
Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah “manusia” itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia itu biasanya termask bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik-praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang melakukan pendidikan.
Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan ciri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai tidak diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tetapi secara normative bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat dan pandangan hidup, malah dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang.5
2. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu yang Bersifat Teoritis dan Praktis
Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan mensistemkan di dalam swapikirnya masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan. Jadi dari praktik-praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran-pemikiran teoritis inilah yang disusun dalam satu system pendidikan yang biasa disebut Ilmu Mendidik Teoritis.
Terdapat hubungan antara ilmu mendidik teoritis, sistematiss dan histories. Apa sajakah yang dapat disumbangkan sejarah pendidikan bagi teori pendidikan maupun praktik pendidikan?. Meskipun ilmu mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik histories, akan tetapi ilmu mendidik histories juga memberikan bantuan dan memperkaya ilmu mendidik sistematis.
Selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara ilmu mendidik histories dan ilmu mendidik praktis. Seorang maha guru ilmu mendidik JM. Guning berkata : teori tanpa praktek adalah baik pada human cerdik cendikiawan dan praktek tanpa teori hanya terdapat pada orang gila dan penjahat – penjahat namun alangkah lebih sempurnanya ilmu pendidikan itu dilakukan dengan cara teori dan praktek secara bersama-sama.6
Untuk lebih memahami bahwa ilmu pendidikan itu adalah yang memerlukan pemikiran yang teoritis , adalah bahwa setiap pendidik memerlukan kritik- kritik sumbangan pemikiran dari para ahli/ orang lain, ia dapat belajar dari catatan-catatan kritik saran dari orang lain, yang pada akhirnya dapat dikatakan bahwa ia belajar berdasarkan teori.
http://ilmu1set.blogspot.com/2010/06/ilmu-pendidikan-sebagai-ilmu.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keterlambatan Guru, Siswa Terbengkalai, Siapakah yang Hendak Disalahkan?

Oleh: Farah Adibah
100111400192/ BK/ OFF A/ 2010

Keterlambatan seorang guru bukanlah hal yang tabuh diperbincangkan, melainkan sudah umum terjadi dan dibicarakan di berbagai lembaga pendidikan, dengan berbagai macam faktor yang menyebabkan seorang guru terlambat. Salah satunya yaitu faktor jarak yang memang banyak memakan waktu dikarenakan jauh dapat juga menyebabkan seorang guru dapat terlambat. Meskipun guru tersebut telah berusaha semaksimal mungkin untuk datang tepat waktu demi mengajar murid-muridnya, berbagai kendala di sepanjang jalan juga dapat memungkinkan terjadi. Dampak yang ditimbulkan apabila guru sering terlambat yaitu dapat memicu para siswa untuk sering meninggalkan kelas, meremehkan guru beserta pelajaran yang diberikan, sehingga menyebabkan proses Kegiatan Belajar Mengajar terhambat dan berjalan tidak sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Tentu saja dampak tersebut sangat merugikan dan tidak diinginkan oleh seorang pendidik dan pihak-pihak sekolah yang bersangkutan. Padahal para siswa juga belum tentu dapat mengetahui pengorbanan yang telah diberikan oleh seorang guru terhadapnya. Waktu, tenaga, dan pikiran yang telah mereka upayakan untuk anak didik mereka dapat terbuang sia-sia apabila para siswa meninggalkan kelas begitu saja.
Maka dari itu, para siswa seharusnya dapat menghargai dan mengerti khususnya kepada guru yang bersangkutan apabila terlambat karena berbagai faktor, serta diharapkan para siswa untuk tidak meremehkan dan mementingkan sikap ego masing-masing terhadap guru tersebut, rasa solidaritas dan toleransi antar para guru dengan siswa juga perlu dipupuk mulai dari sekarang. Diharapkan dari pihak sekolah juga melakukan suatu kebijakan untuk para guru, tidak hanya memberikan sanksi keterlambatan bagi para siswa melainkan juga bagi para guru agar tidak menyalahgunakan waktu mengajarnya, dan sekolah dapat menyusun kembali jadwal mengajar guru, tidak menempatkan guru yang jarak rumahnya jauh dari sekolah pada jam pelajaran pertama agar tidak melakukan suatu keterlambatan. Dan diharapkan pula bagi para guru yang memungkinkan kehadirannya akan terlambat karena berbagai faktor (kondisi badan kurang sehat, kemacetan, adanya kepentingan mendadak, dll), sebaiknya meminta izin atau memberikan informasi terlebih dahulu kepada guru piket atau kepada siswa yang bersangkutan dapat pula dengan melakukan pemberian tugas sementara kepada para siswa atas keterlambatannya tersebut agar kegiatan siswa tidak terbengkalai dalam kelas dan masih dapat terstruktur sebagaimana mestinya.
Dengan dilakukan upaya-upaya tersebut dapat memicu berkurangya angka keterlambatan bagi para guru. Dalam hal ini, kesalahan sepenuhnya memang tidak boleh mengarah pada siswa atau guru saja, pihak-pihak sekolah yang bersangkutan juga harus berupaya untuk mengatasi keterlambatan guru agar tidak menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi siswa maupun guru tersebut. Karena dari sebuah lembaga pendidikan itu sendiri juga merupakan suatu kesatuan antara kepala sekolah, pendidik, peserta didik dan pihak-pihak sekolah yang terkait untuk dapat meningkatkan kualitas dari program sekolah yang telah disepakati dan disusun secara baik dan benar.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mempertahankan Tradisi Silaturahmi Pada Masyarakat di Kabupaten Pasuruan

Oleh: Farah Adibah
100111400192/ BK/ OFF A/ 2010

Bagi masyarakat Indonesia silaturahmi sepertinya sudah mendarah nadi dalam kehidupan sehari-hari. Silaturahmi merupakan bagian dari tradisi yang unik dan tak terelakkan menjelang dan menyambut hari raya (khususnya Hari Raya Idul Fitri). Sesama kerabat, keluarga dekat, sahabat-sahabat serta siapapun yang ada, membuktikan rasa kasih sayang dan kerinduan mereka, saling berjabat tangan dan memaafkan, bersalam-salaman dijalan, dimasjid, dari rumah kerumah, dimanapun layaknya.Siapa yang tahu asal mula tradisi ini ada? Yang pasti Islam telah mangajarkan kepada penganutnya agar senantiasa memelihara hubungan silaturahmi,
Mereka berjabat tangan atau sungkem dengan ucapan-ucapan permohonan maaf, dan yang tua memberi maaf serta doa-doa keselamatan dan keberkahan. Setelah itu menyantap snack yang telah dihidangkan. Bahkan ada yang tuan rumahnya mewajibkan tamu-tamunya makan nasi, atau ketupat. Para orang tua menyediakan diri untuk menerima tamu. Mereka tak berani meninggalkan rumah, takut apabila orang yang sedang bertamu kecewa lantaran tak bisa bertemu. Mereka membuka rumah dan pagi hingga sore, bahkan malam.Meja tamunya dipenuhi oleh berbagai makanan ringan dari yang tradisional hingga produksi pabrikan untuk menjamu para tamu. Yang muda pun mewajibkan diri untuk bertemu dengan yang lebih tua. Jika belum bertemu, seakan-akan menjadi utang yang harus dibayar. Tak jarang mereka datang dari tempat yang sangat jauh dengan berjalan kaki, mereka datang secara rombongan bersama kerabat, atau ada juga yang sendiri-sendiri. Uniknya rata-rata kegiatan tersebut berlangsung selama seminggu.
Secara sosiologis kegiatan tersebut sangat efektif untuk memperkokoh ikatan kekerabatan, menjalin persaudaraan, dan memperkuat hubungan sosial.Dilihat dari segi agama, sangat bernilai ibadah karena melaksanakan perintah Allah dalam hal hablum mi-nannas (hubungan dengan sesama manusia). Mereka melakukannya dengan ikhlas, dan sangat intrinsic. Ketika bangsa Indonesia sedang dilanda krisis sosial, sering terjadi konflik horisontal, maka silaturahmi ini sangat diperlukan. Silaturahmi yang melibatkan semua unsur masyarakat tanpa memandang sekat-sekat sosial dan politik, bahkan agama ini mampu memperkokoh hubungan sosial. Kegiatan tersebut mampu meredam ketegangan sosial hingga ke masyarakat bawah. Biasanya ketegangan akibat konflik sosial seperti berebut sumber daya alam dan ketegangan politik seperti sehabis pilkades. pilkada, dan pemilu berangsur-angsur hilang. Mereka saling memaafkan.Sehabis silaturahmi, perekat-perekat sosial kembali berfungsi. Sistem sosial kembali normal. Apalagi sistem sosial pedesaan yang mengutamakan kekerabatan, guyub, tolong-menolong. dan gotong-royong. Jadi menurut saya, biarkan tradisi silaturahmi pedesaan ini seperti di Kabupaten Pasuruan tetap lestari dan berjalan sebagaimana adanya.

Referensi:http://bataviase.co.id/detailberita-10549005.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

IMPLEMENTASI PERILAKU GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT KABUPATEN PASURUAN

Oleh: Farah Adibah
100111400192/ BK/ OFF A/ 2010

Gotong royong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia khususnya Kab. Pasuruan, sebagaimana yang tertuang dalam pancasila yaitu sila ke- 3 “Persatuan Indonesia”. Perilaku gotong royong yang telah dimiliki Bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Gotong royong merupakan keperibadian bangsa dan merupakan budaya yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat serta tumbuh dari diri kita sendiri, dan prilaku dari masyarakat. Namun seiring dengan waktu yang berjalan, perilaku kegotong royongan cenderung mulai memudar akibat pengaruh dari budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia seperti budaya individualisme dan materialisme yang mulai merambah daerah perkotaan.
Gotong royong juga dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara bergotong royong antara lain pembangunan fasilitas umum dan membersihkan lingkungan sekitar. Sikap gotong royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan masyarakat yang ada di Kota Pasuruan.Karena, dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat melakukan setiap kegiatan dengan cara bergotong royong. Dengan demikian segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat lebih mudah dan cepat diselesaikan dan pastinya pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar dan maju. Bukan itu saja, tetapi dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat dalam menerapkan perilaku gotong royong maka hubungan persaudaraan atau silaturahim akan semakin erat. Dan cenderung menghindari sikap individualisme yang mementingkan diri sendiri maka akan memperlambat pembangunan di suatu daerah. Karena individualisme itu dapat menimbulkan keserakahan dan kesenjangan diantara masyarakat di kota tersebut.
Dari analisis data menunjukkan gotong royong di kalangan masyarakat perkotaan masih dianggap penting untuk mempererat hubungan silaturahmi, dan meringankan beban. Namun pada era globalisasi, masyarakat semakin maju dan memiliki aktivitas yang berbeda dan serba sibuk. Pada masyarakat Pasuruan khususnya daerah perkotaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Masyarakat masih memerlukan kegiatan gotong royong
2. Adapun bentuk-bbentuk dari kegiatan gotong royong yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
Acara pada perkawinan
Membersihkan lingkungan sekitar
Membangun fasilitas-fasilitas umum
Saya mengharapkan agar masyarakat dapat meningkatkan kesadarannya dalam kegiatan bergotong royong. Saya juga mengharapkan dari pemerintah agar mengeluarkan Perda yang mengatur tentang kegiatanpergotong royongan. Karena kegiatan gotong royong ini sudah mulai terkikis di era modern sekarang ini.

Referensi : http://hasrilpmp.wordpress.com/2009/01/27/implementasi-perilaku-gotong-royong-dalam-kehidupan-masyarakat-perkotaan-bulukumba/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

hAVe a NiCe WeEK

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

9 Layanan Bimbingan Konseling


  1. Layanan Orientasi; layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan orientasi adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
  2. Layanan Informasi; layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.
  3. Layanan Konten; layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam penguasaan kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.
  4. Layanan Penempatan dan Penyaluran; layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan Penempatan dan Penyaluran berfungsi untuk pengembangan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS